BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu Al-Quran, ada
beberapa hal yang penting untuk dipelajari dan salah satunya adalah bagaimana
Al-Quran diturunkan dan bagaimana Al-Quran itu dibukukan. Karena dengan
mengetahui bagaimana proses pengumpulan Al-Qur’an kita dapat mengerti bagaimana
usaha-usaha para sahabat untuk tetap memelihara Al-Quran.
Al-Qur’an adalah kitab
suci kaum muslim dan menjadi sumber ajaran islam yang pertama dan utama yang
harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan
didunia dan di akhirat. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum
muslim tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya, tetapi juga telah
berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga autentisitasnya. Upaya itu telah
dilaksanakan sejak Nabi Muhammad SAW masih berada di Mekkah dan belum berhijrah
ke Madinah. Dengan kata lain upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak
Al-Qur’an diturunkan hingga saat ini.
Jika hakikat Al-Qur’an
sudah terjawab maka akan muncul pertanyaan lain, bagaimana Al-Qur’an diturunkan
dan bagaimana pula pendapat ulama menyikapi hal tersebut. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut akan dibahas di bab selanjutnya, yang jelas Al-Qur’an
duturunkan pada bulan yang penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan. Sedangkan,
proses turunnya Al-Qur’an disebut Nuzulul Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
a. Pengertian Al-Qur’an dan Nuzulul Qur’an?
b. Sejarah Nuzulul Qur’an?
c. Bagaimana hubungannya dengan fenomena wahyu?
d. Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an?
e. Apa hikmah dibalik turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur
dan dalilnya?
Bab II
PEMBAHASAN
a.
Pengertian Al-Qur’an
dan Nuzulul Qur’an
Secara etimologi (bahasa) Al-Qur’an
berarti bacaan karena makna tersebut diambil dari kata qaraah, yaitu bentuk
masdar dari kata qara. Sedangkan secara terminology Al-Qur’an sudah banyak
diberikan pengertian oleh mufassir
Para ulama berbeda pendapat mengenai
pengertian kata “Qur’an” secara harfiah.
1.
Ada yang berpendapat
bahwa Al-Qur’an itu diambil dari akar kata apa pun, tetapi adalah kata asli
yang merupakan nama, sebagaimana nama Taurat dan Injil
2.
Ada yang berpendadpat
bahwa kata Al-Qur’an berasal dari kata qarinah,
artinya “petunjuk makna”. Maksudnya ayat-ayat Al-Qur’an itu saling
menunjukkan makna, saling menerangkan.
3.
Ada yang berpendapat
bahwa kata Al-Qur’an itu diambil dari kata dasar qarana artinya “menggabungkan”. Alasannya adalah bahwa ayat-ayat
dan surah-surah Al-Qur’an itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya
sehingga menjadi satu kesatuan. Menurut as-Salih (1988:19), ketiga pendapat itu
tidak berdasar pada kaidah penafsiran dalam bahasa Arab.
4.
Pendapat yang lebih
kuat adalah bahwa Al-Qur’an terambil dari kata dasar qara’a yang berarti “menyatukan”, yaitu menggabungkan huruf-huruf
sehingga berarti “membaca”. Pendapat ini lebih kuat karena sesuai dengan surah
Al-Qiyamah/75: 17-18 yang artinya Sesungguhnya
kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Ali Ash-Shobuni
menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf,
diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang membacanya, diawali
dari surah Al-Fatihah dan di akhiri dengan surah An-Nas.
Sedangkan
pengertian Nuzulul Qur’an sendiri adalah turunnya Al-Qur'an. Turunnya Al-Qur'an
untuk yang petama kalinya biasa diperingati oleh umat Islam yang dikemas dalam
suatu acara ritual yang disebut dengan Nuzulul Qur'an. Turunnya Al-Qur'an untuk
yang pertama kalinya merupakan tonggak sejarah munculnya satu syari'at baru
dari agama tauhid yaitu agama Islam. Sebagai penyempurna dari agama-agama
sebelumnya.
Ayat-ayat Al-Qur’an
tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara
berangsur-angsur sesuai dengan ketentuan yang ada. Itulah sebabnya, ayat-ayat
Al-Qu’an atau surat-suratnya yang diturunkan tidak sama jumlah dan panjang
pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya
saja.
Menurut
Alim Ulama’ Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui tiga tahapan:
1. Diturunkan ke Lauhilmahfudzh.
2. Ke Bait Al-‘Izzah di langit
dunia.
3. Kemudian baru
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur sesuai dengan
keparluan yang ada dan kasus-kasus yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dan
kaum muslim.
Menurut pendapat yang
terkuat dan riwayat yang sahih, firman Allah yang pertama kali diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW adalah firman-Nya disurah Al-Alaq.
Penurunan surat
pertama ini merupakan peristiwa yang bersejarah yang terjadi pada
malam Senin, tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari usia Nabi Muhammad SAW atau
13 tahun sebelum beliau berhijrah ke Madinah, bertetapan dengan bulan Juli
tahun 610 Masehi. Malam pertama kali Al-Quran diturunkan ini disebut oleh Al-Qur’an
sendiri dengan Lailat al-Qadr ( Malam Kemuliaan) dan Lailat Mubarokah (Malam
yang Diberkahi). Masing-masing dari kedua nama-nama tersebut terdapat surat
Al-Qodar:1 yang artinya :
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkan (Alquran) pada malam kemuliaan.”
dan surat
Al-Dukhan:3-4: yang artinya :
“Sesungguhnya
Kami menurunkan (Alquran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya
kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang
penuh hikmah.”
Setelah surat Al-Alaq
turunlah surat Al-Mudatsir, tepatnya ketika Nabi Muhammad SAW sudah berada
dirumah bersama istri beliau Khadijah, sehabis pulang dari gua Hira. Setelah
itu ayat-ayat Alquran terputus turun untuk beberapa waktu lamanya. Masa
terputusnya ayat-ayat Al-Qur’an ini turun disebut fatrat al wahyi yakni masa
terputusnya wahyu.
Berapa lamanya masa
fatraul wahyi tersebut, terdapat perbedaan pendapat. Menurut Ibn Ishaq masa
Fatrat Al Wahyi ini setidak-tidaknya 2,5 tahun, bahkan kemungkinan besar salama
3 tahun. Timbulnya kesimpang siuran pendapat tentang masa Fatrat Al Wahyi dapat
dimengerti, sebab peristiwa tersebut terjadi pada permulaan islam yang waktu
itu jumlah kaum muslim masih sangat terbatas. Disamping itu, mereka yang sudah
berjumlah sedikit tersebut masih harus mengalami sebagai macam pemberitaan dari
pihak kaum musyrik quraisy, sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat
catatan-catatan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an secara kronologis dan satu per
satu secara berurutan.
Menurut riwayat yang terkuat,
ayat Al-Quran yang terakhir sekali diturunkan adalah ayat ketiga dari surat
Al-Maidah:5 yang artinya :
“Pada
hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agama mu, dan telah Aku cukupkan
nikmat ku kepada mu, dan Aku rela islam itu adalah agama untuk mu.”
Menurut
riwayat diatas, ayat terakhir tersebut diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW
bersama para sahabat sedang wukuf di Arofah dalam rangka melaksanakan ibadah
haji terakhir (aji Wada) pada hari
Jumat, tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-10 Hijriyah atau tahun ke 63 dari usia
beliau. 81 malam setelah itu Nabi pun wafat.
b. Sejarah Nuzulul Qur’an
Al-qur’an mulai diturunkan pada Rasulullah ketika beliau sedang
berkhalwat di gua Hira pada malam senin, bertepatan dengan tanggal 17 ramadhan,
tahun 41 dari kelahiran nabi Muhammad SAW. (6 Agustus 610 M). Sesuai dengan
kemuliaan dan kebesaran Al-qur’an, Allah menjadikan malam permulaan turun
al-qur’an itu malam Al Qadar yaitu suatu malam yang tinggi kadarnya.
Menurut hadis Bukhary dari Aisyah RA. Berkata: “Permulaan wahyu
yang diterima Rasulullah ialah mimpi yang benar. Beliau bermimpi seakan-akan
melihat sinaran subuh dan terjadi persis seperti yang dimimpikan”. Sesudah itu
beliau mulai gemar berkhalwat. Beliau berkhalwat di gua Hira, beribadah beberapa
malam, sebelum beliau kembali kepada keluarganya untuk mengambil bekal. Sesudah
beberapa malam beliau berada dalam gua, beliau kembali kepada Khadijah sekedar
untuk mengambil makanan untuk beberapa hari. Beliau terus berbuat demikian
sampai datanglah haq (kebenaran) kepadanya. Malaikat datang kepadanya lalu
berkata: “ iqro (Bacalah).” Nabi menjawab: “saya tidak pandai membaca.”
Nabi menerangkan : “ Mendengar jawaban itu, malaikat pun memelukku sampai aku
terasa kepayahan karena kerasnya pelukkan itu. Kemudian dilepaskan serta
disuruh membaca lagi. Aku menjawab seperti yang pertama. Malaikat memelukku
lagi. Sesudah itu barulah malaikat berkata:Surat al-Alaq 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ
رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ١
1. Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ
عَلَقٍ ٢
2. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ
الأكْرَمُ ٣
3. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah,
الَّذِي عَلَّمَ
بِالْقَلَمِ ٤
4. yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam
عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا
لَمْ يَعْلَمْ ٥
5. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Sesudah itu Rasulullah segera kembali pulang dengan badan yang
gemetar karena ketakutan. Nabi menjumpai Khadijah dan berkata : “ Selimuti aku,
selimuti aku!” Sesudah tenang perasaannya, beliau menceritakan kepada Khadijah
apa yang telah terjadi, seraya berkata : “ Saya khawatir sekali terhadap diriku
ini.” Maka Khadijah menjawab : “Tidak sekali-kali tidak, demi Allah, Allah
sekali-kali tidak mengabaikan engkau. Engkau seorang yang selalu memikul beban
orang, memberikan sesuatu kepada orang yang tidak mampu, memuliakan dan menjamu
tamu yang datang dan memberikan bantuan-bantuan terhadap bencana-bencana yang
menimpa manusia”
Sesudah itu Khadijah pergi bersama nabi kepada Waraqah Ibn Naufal,
anak dari paman Khadijah yang telah lama memeluk agama Nasrani dan pandai
menulis dalam tulisan ibrani. Dia seorang Syekh yang sangat tua dan matanya
telah buta.
Khadijah berkata kepadanya : “Wahai anak paman, dengarlah apa yang
dikatakan oleh anak saudaramu ini.” Waraqah bertanya : “Wahai anak saudaraku,
apakah gerangan yang menimpa engkau.” Maka Rasulullah SAW menerangkan apa yang
telah dilihat dan dialaminya.
Mendengar itu Waraqah berkata: “itulah Namus (Jibril) yang telah
Allah turunkan kepada Musa. Alangkah baiknya jika aku kala itu (kala Muhammad
memulai nubuwahnya atau seruannya) masih muda dan kuat! Mudah-mudahan kiranya
diwaktu itu aku masih hidup, yaitu diwaktu engkau diusir oleh kaummu.” Maka
Rasulullah bertanya : “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab: “Ya
benar sekali.” Tidak ada seorang lelaki yang membawa seperti yang engkau
bawakan, kecuali akan dimusuhi. Jika aku hidup sampai saat itu, aku akan
menolongmu dengan sesungguhnya.” Tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia
dan Wahyu pun berhenti untuk sementara waktu.
c.
Fenomena Wahyu
Wahyu secara bahasa berarti petunjuk yang diberikan dengan cepat. Cepat artinya datang secara langsung kedalam jiwa tanpa didahului jalan pikiran dan tidak duketahui oleh seorangpun.
Wahyu secara bahasa berarti petunjuk yang diberikan dengan cepat. Cepat artinya datang secara langsung kedalam jiwa tanpa didahului jalan pikiran dan tidak duketahui oleh seorangpun.
Jika dilihat secara jelas makna-makna wahyu
tersebut dapat berarti.
1. Ilham yang sudah
merupakan fitrah bagi manusia, sebagaimana wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi
Musa As yang berbunyi:
(QS Al-Qasas ayat 7):
ۖيهِأَرْضِعِ أَنْ مُوسَىٰ أُمِّ إِلَىٰوَأَوْحَيْنَا
“Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan
(ilhamkan) kepada ibu Nabi Musa supaya menyusuinya”
2. Ilham yang merupakan
gharizah/instink bagi binatang, sebagaimana petunjuk yang diberikan kepada
lebah:
(QS An-Nahl ayat 68):
يَعْرِشُونَ وَمِمَّا الشَّجَرِ وَمِنَ بُيُوتًا الْجِبَالِ مِنَ اتَّخِذِي نِأَ النَّحْلِ إِلَى رَبُّكَ وَأَوْحَىٰ
“Dan Tuhanmu
menghilhamkan kepada lebah, “Buatlah saring dari gunung-gunung, di pohon-pohon
kayu, dan tempat-tempat yang dibikin manusia”
3. Suatu isyarat yang
diberikan dengan cepat melalui tanda dan kode, sebagaimana firman
Allah kepada Nabi Zakaria:
(QS Maryam ayat 11):
وَعَشِيًّا بُكْرَةً سَبِّحُوا أَنْ إِلَيْهِمْ فَأَوْحَىٰالْمِحْرَابِ مِنَ قَوْمِهِ عَلَىٰفَخَرَجَ
Maka ketika dia keluar
dari mihrab untuk menemui kaumnya, Allah memberi wahyu (petunjuk atau isyarat)
kepada mereka supaya bertasbih diwaktu pagi dan petang.
4. Berupa perintah Allah
kepada para malaikat-Nya:
(QS Al-Anfal ayat 12):
مَعَكُمْ نِّي أَالْمَلَائِكَةِ إِلَى رَبُّكَ يُوحِي إِذْ
Ingatlah ketika
Tuhanmu mewahyukan atau memerintahkan kepada Malaikat bahwa Aku bersamamu.
Jika diambil makna
wahyu itu dari bentuk masdarnya maka wahyu berarti petunjuk Allah yang
diberikan kepada seseorang yang dimuliakan-Nya secara cepat, dan tersembunyi.
Subhi Sholih menyatakan bahwa wahyu adalah pemberitahuan yang bersifat goib,
rahasia, dan sangat cepat.
Dari makna diatas
dapat dipahami bahwa wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi dan
atau rasul secara rahasia dan sangat cepat.
Kemudian, adapun cara
penurunan Wahyu kepada Rasul atau nabi secara rahasia dan sangat cepat seperti
:
a. Melalui perantara
Malaikat
Wahyu yang diturunkan dengan cara ini yang
terkenal ada dua yaitu:
Pertama, Jibril menampakkan
wajahnya dan bentuknya yang asli. Cara seperti ini terjadi ketika Nabi Muhammad
menerima wahyu yang pertama, surah al alaq ayat 1-5.
Kedua, Jibril menyamar
seperti seorang laki-laki yang berjubah putih. Misalnya ketika Nabi Muhammad
menerima wahyu tentang imam, islam, ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat.
b. Langsung dari Allah Swt
Ø Melalui mimpi yang benar, misalnya ketika
turun wahyu surah al kautsar ayat 1-3.
Contoh lain adalah wahyu tentang penyembelihan
Ismail oleh ayahnya, Ibrahim, yang diuraikan dalam surah al shaffat ayat
101-112
Ø Allah berbicara langsung
Adapula yang menyatakan bahwa cara ini adalah
turunnya wahyu melalui balik hijab. Misalnya wahyu Allah kepada Nabi Musa yang
diceritakan dalam Alquran surah Al-A’rof ayat 143 dan An-Nisa ayat 164.
c. Dari Balik Tabir
Di dalam Surah Asy-Syura ayat 51 diterangkan bahwa bentuk kedua penyampaian wahyu kepada seorang Nabi adalah dari balik tabir.
Di dalam Surah Asy-Syura ayat 51 diterangkan bahwa bentuk kedua penyampaian wahyu kepada seorang Nabi adalah dari balik tabir.
Cara ini misalnya
terjadi pada Nabi Musa AS, sebagaimana dikisahkan dalam Surah Al-A’raf ayat
143-145. Nabi Musa diperintahkan Allah naik ke bukit Sinai untuk menerima wahyu
dari Allah, dan Allah mewahyukan kepadanya dari balik Bukit Sinai tersebut.
Contoh lain adalah wahyu yang diterima Nabi
Muhammad pada malam isra dan mi’raj tentang perintah sholat lima waktu. Menurut
Al-Qathan cara seperti ini tidak didapati satu ayat pun dalam Alquran.
Cara yang lain lagi adalah seperti gemercikan
lonceng. Menurut Jumhur ulama cara tersebut termasuk yang melalui perantara
malaikat. Namun contohnya belum didapati.
d.
Proses
Turunnya Al-Qur’an
1.
Cara
penurunan Al-Qur’an
Al-Qur’an disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara melalui malaikat Jibril. Berdasarkan hadits Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW melalui dua cara yaitu :
Al-Qur’an disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara melalui malaikat Jibril. Berdasarkan hadits Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW melalui dua cara yaitu :
a)
Jibril
datang kepada nabi tanpa kelihatan
Untuk
memungkinkan terjadinya komunikasi dengan Jibril, Nabi Muhammad SAW kiranya
menyesuaikan hakikat dirinya dengan hakikat malaikat. Bentuk penyampaian wahyu
oleh Jibril dengan cara tidak menampakkan dirinya itu dirasakan nabi SAW paling
berat, sehingga nabi bercucuran keringat sekalipun waktu itu musim dingin yang
membeku, sebagaimana diinformasikan oleh ‘Aisyah:
“Saya sungguh melihat
wahyu itu turun kepadanya pada suatu hari yang amat dingin , lalu (wahyu itu)
membuka kepadanya, dan sungguh keningnya mengalirkan keringat” (Riwayat al-Bukhari)
b)
Jibril
datang dan berbicara dalam bentuk manusia
Contohnya
penyampaian wahyu dengan cara seperti itu misalnya 5 (lima) ayat pertama Surah
Al-Alaq, di mana Nabi SAW diperintahkan agar membaca dan dipeluk sehingga lemas
sampai tiga kali, kemudian Jibril itu membacakannya.
2.
Al-Qur’an
turun secara bertahap
Penurunan
Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a)
Ke-
Al-Lauh Al-Mahfuz
Al-Lauh Al-Mahfuz “lempengan yang dipelihara” adalah tempat tersimpan seluruh firman Allah mengenai segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi di alam ini. Allah memerintahkan Jibril untuk mengambil sebagian dari Firman-nya untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad, itulah Al-Qur’an. Allah berfirman:
Al-Lauh Al-Mahfuz “lempengan yang dipelihara” adalah tempat tersimpan seluruh firman Allah mengenai segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi di alam ini. Allah memerintahkan Jibril untuk mengambil sebagian dari Firman-nya untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad, itulah Al-Qur’an. Allah berfirman:
مَجِيدٌ قُرْآنٌ هُوَ بَلْ
حْفُوظٍ مَ لَوْحٍ فِي
“Bahkan (yang
didustakan itu) ialah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan)
dalam (tempat) yang
terjaga (Lauh Mahfuz). (Q.S. Al-Buruj ayat 21-22).
b)
Ke
Baitul-Izzah
Umumnya (Jumhur) ulama berpendapat bahwa dari Lauh Mahfuz, Al-Qur’an diturunkan ke Baitul-Izzah di langit dunia. Landasan pendapat itu adalah informasi-informasi yang bernilai sahih yang bersumber dari Ibn ‘Abba, misalnya yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, Al-Baihaqi dan An-Nasa’I :
Dari Ibn ‘Abbas r.a : “Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian diturunkan setelah itu selama dua puluh tahun”.
Umumnya (Jumhur) ulama berpendapat bahwa dari Lauh Mahfuz, Al-Qur’an diturunkan ke Baitul-Izzah di langit dunia. Landasan pendapat itu adalah informasi-informasi yang bernilai sahih yang bersumber dari Ibn ‘Abba, misalnya yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, Al-Baihaqi dan An-Nasa’I :
Dari Ibn ‘Abbas r.a : “Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian diturunkan setelah itu selama dua puluh tahun”.
Dengan
demikian, Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Mahfuz sekaligus ke langit dunia, dan
setelah itu diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur.
c)
Kepada
Nabi Muhammad SAW
Selanjutnya, Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Penurunan itu berlangsung secara berangsur-angsur selama lebih kurang dua puluh tiga tahun, tiga belas tahun di Mekkah dan sepuluh tahun di Madinah. Dalam Al-Qur’an terdapat tiga informasi mengenai turunnya Al-Qur’an yaitu : Surah Al-Qadr ayat 1, Surah Ad-Dukhan ayat 3, dan Surah Al-Baqarah ayat 185. Ketiga ayat itu tidak menyampaikan informasi yang berbeda, ketiganya dapat digabungkan. Maksudnya, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada pertama kalinya pada Malam Lailatul Qadar, malam itu adalah malam yang diberkahi, dan malam itu adalah salah satu malam bulan ramadhan yang menurut riwayat terjadi pada tanggal 24 bulan tersebut.
Selanjutnya, Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Penurunan itu berlangsung secara berangsur-angsur selama lebih kurang dua puluh tiga tahun, tiga belas tahun di Mekkah dan sepuluh tahun di Madinah. Dalam Al-Qur’an terdapat tiga informasi mengenai turunnya Al-Qur’an yaitu : Surah Al-Qadr ayat 1, Surah Ad-Dukhan ayat 3, dan Surah Al-Baqarah ayat 185. Ketiga ayat itu tidak menyampaikan informasi yang berbeda, ketiganya dapat digabungkan. Maksudnya, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada pertama kalinya pada Malam Lailatul Qadar, malam itu adalah malam yang diberkahi, dan malam itu adalah salah satu malam bulan ramadhan yang menurut riwayat terjadi pada tanggal 24 bulan tersebut.
3.
Al-Qur’an
Turun secara berangsur-angsur
Al-Qur’an
turun selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Menurut para ahli, penurunannya itu
secara garis besar menempuh dua periode yaitu periode Mekkah dan Periode
Madinah.
a)
Periode
Mekkah
Termasuk dalam periode ini adalah semua ayat yang turun sebelum Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah. Karena itu ayat yang turun di Mekkah tetapi turunnya setelah setelah hijrah, digolongkan ayat Madaniyyah. Misalnya, Surah Al-Maidah yang turun di Arafah Wada waktu haji terakhir yang dikerjakan Nabi, ayat itu digolongkan Madaniyyah.
Termasuk dalam periode ini adalah semua ayat yang turun sebelum Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah. Karena itu ayat yang turun di Mekkah tetapi turunnya setelah setelah hijrah, digolongkan ayat Madaniyyah. Misalnya, Surah Al-Maidah yang turun di Arafah Wada waktu haji terakhir yang dikerjakan Nabi, ayat itu digolongkan Madaniyyah.
b)
Periode
Madinah
Termasuk dalam periode ini semua ayat yang turun setelah hijrah. Karena itu ayat atau surah yang turun di Medinah, walaupun isinyamengenai penduduk Mekkah, ayat atau surah itu tetap digolongkan Madaniyyah. Contohnya, Surah Ar-Ra’d, berkenaan dengan penduduk Mekkah yang waktu itu masih kafir, tetapi turunnya di Madinah. Surah ini digolongkan Madaniyyah.
Termasuk dalam periode ini semua ayat yang turun setelah hijrah. Karena itu ayat atau surah yang turun di Medinah, walaupun isinyamengenai penduduk Mekkah, ayat atau surah itu tetap digolongkan Madaniyyah. Contohnya, Surah Ar-Ra’d, berkenaan dengan penduduk Mekkah yang waktu itu masih kafir, tetapi turunnya di Madinah. Surah ini digolongkan Madaniyyah.
Pembagian
Makkiyah dan Madaniah seperti itu adalah pembagian secara garis besar. Para
ulama, misalnya Az-Zarkasyi menyatakan adanya periode-periode Mekah awal,
pertengahan, dan akhir, serta periode-periode Madinah juga demikian tetapi ia
tidak menyebutkan surah-surah yang masuk dalam periode-periode itu dan isinya.
e.
Hikmah
turunnya Al-Qur’an secara bertahap
Menurut al-Zarqani dalam kitab Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, bahwa turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur, memiliki beberapa rahasia dan hikmah, di antaranya:
Menurut al-Zarqani dalam kitab Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, bahwa turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur, memiliki beberapa rahasia dan hikmah, di antaranya:
1)
Untuk menabahkan dan menguatkan hati serta jiwa Nabi Muhammad SAW.dalam rangka menyampaikan dakwahnya.
2)
Untuk membimbing dan membina umat Nabi Muhammad SAW. Dalam
melaksanakan syari’at Islam, karena memerlukan waktu serta proses secara
bertahap atau berangsur-angsur.
3)
Adakalanya al-Qur’an diturunkan berkenaan dengan masalah atau kasus
yang muncul pada masyarakat waktu itu. Karena itu, setiap kali muncul masalah
atau kasus baru, maka setiap kali itu pula turun al-Qur’an sebagai jawaban atas
masalah atau kasus tersebut.
4)
Menunjukkan sumber al-Qur’an, dan bahwa ia merupakan Kalamullah
semata. Tidak mungkin ia merupakan kalam Muhammad SAW atau makhluk selainnya.
5)
Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur’an. Karena menurut
mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu
Allah menantang mereka untuk membuat satu surat saja yang (tak perlu melebihi)
sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat saja
yang seperti Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.
Bab III
KESIMPULAN
Nabi Muhammad SAW
adalah rasul Allah yang diberi oleh-Nya mu’jizat yang amat berguna bagi umat
manusia, bahkan sampai zaman ini mu’jizat tersebut, menjadi tuntunan bagi
seluruh umat, barang siapa yang mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya
pasti akan selamat di dunia maupun di akhirat dan barangsiapa yang melalaikan
bahkan tidak mau memahaminya niscaya akan celaka, mu’jizat itu tidak
lain dan tidak bukan adalah Kitab Suci Al-Qur’an yang turun melalui perantara
malaikat jibril secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW, kejadian tersebut
dinamakan Nuzulul Qur’an.
Ayat-ayat Al Qur’an
tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara
berangsur-angsur sesuai dengan keperluan yang ada. Surat-surat yang
diturunkanya pun tidak sama jumlah panjang dan pendeknya, terkadang diturunkan
sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya saja.
Dengan diturunkanya
Al-Qur’an secara berangsur-angsur banyak hikmah yang akan diperoleh yaitu
menetapkan hati Rasulullah, melemahkan lawan-lawannya, mudah difahami dan
dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa atau kejadian.
Post a Comment