MAKALAH
TAFSIR AL-QUR'AN
( SURAT AL- MAUN )
Di Susun oleh :
Hidayatur Rohman
Pembimbing
H. Mushonnif, M.Ei
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TARUNA
SURABAYA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan terhadap kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah “Tafsir Surat Al-maun” tanpa ada halangan yang berarti
dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam Penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada H. Mushonnif, M.Ei. selaku dosen
mata kuliah Tafsir Al – Qur’an, serta keluarga dan kerabat penulis yang telah
membantu dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis berharap kritik dan saran semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan seluruh pembaca pada umumnya.
Surabaya, 14 Februari 2015
Penulis
A. Pendahuluan
Surah ini diturunkan di Makkah sesudah
surah at-Takatsur.Nama surah ini diambil dari kata al-Ma’un yang diambil pada
ayat terakhir. Menurut etimologi, al-Ma’un berarti banyak harta, berguna dan
bermanfaat, kebaikan dan ketaatan , dan Zakat.[1]Surah ini menggambarkan orang
yang tidak mau membayar zakat dan tidak mau pula berinfaq untuk membantu fakir
miskin. Allah mengancam orang yang mempunyai banyak harta tetapi tidak
mempunyai kepedulian social.
Kata-kata Arab "al-Ma'un" yang
merupakan ujung surat dan menjadi nama suratnya dijelaskan oleh Muhammad asad,
berdasarkan berbagai tafsir klasik,sebagai "comprises the small items
needed for one'sdaily use, as well as the occasional acts of kindnessconsisting
in helping out one's fellow-men with such item. In its wider sense, it denotes
"aid" or "assistance" in any difficulty" (...
kata-kata"al-ma'un" mencakup hal-hal kecil yang diperlukan orangdalam
penggunaan sehari-hari, juga perbuatan kebaikankala-kala berupa pemberian
bantuan kepada sesama manusiadalam hal-hal kecil tersebut. Dalam maknanya yang
lebihluas, kata-kata itu berarti "bantuan" atau
"pertolongan"dalam setiap kesulitan )[2]
ارءيت الذي يكذب باالدين *
فذالك الذي يدع اليتيم *
ولا يحض على طعام المسكين *
فويل للمصلين *
الذين هم عن صلاتهم ساهون*
الذين هم يراءون*
ويمنعون الماعون *
Artinya :
1.)
Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan
agama?
2.)
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3.)
dan tidak menganjurkan memberi makan
fakir miskin.
4.)
maka celakalah bagi orang yang sholat
5.)
( yaitu) orang-orang yang lalai dari
sholatnya,
6.)
orang yang berbuat riya,
7.)
dan enggan ( menolong dengan ) barang
yang berguna.
B. Asbabul Nuzul
Adapun sebab turunya surah ini ialah
berkenaan degan orang-orang munafik yang memamerkan shalat kepada orang yang
berirman; mereka melakukan shalat dengan riya’, dan meninggalkan apabila tidak
ada yang melihatnya serta menolak memberiakn bantuan kepada orang miskin dan
anak yatim ( Riwayat ibnu Mudzir ).
C. Tasir
Surah ini diawali dengan kalimat tanya
untuk menarik perhatian pembacaanya. Kemudian Allah SWT sendiri yang menjawab pertanyaan tersebut
satu per satu. Tujuanya ialah agar pembaca benar-benar memperhatiakn dan
meresapi makna yang terkandung di dalamnya.Biasnya setiap ayat yang didahului
dengan pertanyaan mengandung nilai yang sangat penting untuk segera dipahami
dan diamalkan. Pertanyaan yang paling prinsipil ialah “ siapakah pendusta agama
? “ maka jawabanya segera disusul setelah pertanyaanya. Ayat selanjutnya
menjawb secara lugas bahwa pendusta agama ialah orang yang tidak mau menyantuai
anak yatim.Ciri berikutnya ialah orang yang tidak mau menyeru untuk dana dan
makanan supaya diberiakn kepada orang miskin.
Ustadz M Quraish Shihab dalam
Tafsir Al-quran Al karim menyatakan paling tidak ada 2 hal yang patut disimak
dalam ayat 3 surat ini. Pertama ayat tersebut tidak berbicara tentang kewajiban
”memberi makan” orang miskin, tapi berbicara ”menganjurkan memberi makan”. Itu
berarti mereka yang tidak memiliki kelebihan apapun dituntut pula untuk
berperan sebagai ”penganjur pemberi makanan terhadap orang miskin” atau dengan
kata lain, kalau tidak mampu secara langsung, minimal kita menganjurkan
orang-orang yang mampu untuk memperhatikan nasib mereka. Peran ini sebenarnya
bisa dilakukan oleh siapapun, selama mereka bisa merasakan penderitaan orang
lain. Ini berarti pula mengundang setiap orang untuk ikut merasakan penderitaan
dan kebutuhan orang lain, walaupun dia sendiri tidak mampu mengulurkan bantuan
materiil kepada mereka.
Anak-anak yatim dan faqir miskin
adalah bagian dari kelompok masyrakat yang sangat dicintai oleh Rusulullah SAW,
bahkan dalam sebuah hadits dinyatakan ( Rusuluallah ) sangat dekat dengan
mereka.Perhatian mereka sangat diutamakan, sebagaimana tersebut dalam sebuah
ayat :
ويسئلونك عن اليتمى قل اصلاح لهم خير وان تخالطهـــم
فاخوانكم
Dan mereka bertanya
kepadamu tentang anak yatim katakanlah ; Mengurus urusan mereka secara patut
adalah baik, jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu”
( Al-Baqarah: 220 ).
Perkataan "yahudldlu" yang
diterjemahkan dengan "berjuang" di sini mempunyai asal arti
"menganjurkan dengan kuat". A. Hassan dalam Al-Furqan, menerjemahkan
perkataan itu dengan "menggemarkan," Departemen Agama menerjemahkan
dengan "menganjurkan" sedangkan Mahmud Yunus dalam tafsir Qur'an
Karim menggunakan perkataan "menyuruh". Dan Muhammad Asad, dalam The
Message of the Qur'an, menerjemahkannya dalam bahasa Inggeris dengan
"feels no urge" (tidak merasakan adanya dorongan), karena baginya
perkataan "yahudldlu" mempunyai makna "mendorong diri
sendiri" (sebelum mendorong orang lain). Jadi, perkataan
"yahudldlu" menunjuk pada adanya komitmen batin yang tinggi, yakni
usaha mengangkat dan menolong nasib kaum miskin. Berarti bahwa indikasi
ketulusan dan kesejatian dalam beragama ialah adanya komitmen sosial yang
tinggi dan mendalam kepada orang bersangkutan.
Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
Hindarilah tujuh perkara yang membinasakan. Para sahabat bertanya: “Wahai
Rasulullah SAW apakah itu?” Rasulullah SAW bersabda: 1. Syirik, 2. Berbuat
sihir, 3. Membunuh orang yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali
dengan alasan yang benar (menurut ajaran agama), 4. Memakan riba, 5. Memakan
harta anak yatim, 6. Berpaling di waktu peperangan (bukan untuk bersiasat akan
tetapi lantaran takut kepada musuh), 7. menuduh zina kepada wanita mukmin yang
sudah bersuami yang tidak terlintas di hatinya untuk menjalankan kejelekan
Sholat adalah ibadah yang paling
utama yang diperintahkan dalam syareat islam.Dengan melaksanakanya secara baik
dan benar akan menimbulkan pengaruh positip yang sangat besar dalam aspek kehidupan.
Di akherat pun merupakan amaliah yang paling utama yang memperoleh penilaian
dan menjadi tolak ukur semua amal perbuatan.
Allah berfirman :
اتل ما اوحى اليك من الكتاب واقم الصلاة ان الصلوة تنهى
عن الفخشاء والمنكر
Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu alkitab ( al-qur’an ) dan dirikanlah
sholat.sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan –perbuatan keji dan
mungkar. ( al-ankabut : 45 )
Selanjutya Allah menegaskan bahwa ada
sebagian orang yang melakukan amal kebaikan, termasuk shalat, untuk
memperlihatkan amalnya kepada manusia. Tindakan seperti ini disebut riya’.Sikap
riya’ adalah lawan dari ikhlas. Keikhlasan diperlukan dalam setiap amal
kebaikan agar memperoleh pahala yang sempurna dari Allah.
Yang diterjemahkan dengan
"lupa" atau "lalai" dalam firman itu ialah kata-kata yang
dalam bahasa aslinya (Arab) "sahun". Yang dimaksud dalam firman ini
bukanlah mereka itu dikutuk Allah karena lupa mengerjakan shalat yang
disebabkan lupa, misalnya, terlalu sibuk bekerja. Sebab lupa dan alpa serupa
itu justru dimaafkan oleh Allah, tidak dikutuk.[3]).Tapi yang dimaksud dalam
firman itu ialah mereka yang menjalankan shalat itu lupa akan shalat mereka
sendiri, dalam arti bahwa shalat merekatidak mempunyai pengarah apa-apa kepada
pendidikan akhlaknya, sehingga mereka yang menjalankan shalat itudengan mereka
yang tidak menjalankannya sama saja. Apalagi jika lebih buruk
Suatu hari, Sayyidah
Fathimah as bertanya kepada Rasulullah saw, “Yâ Abâtah, apa yang akan
didapatkan oleh orang yang melecehkan shalatnya, menganggap enteng kepada
shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan?” Rasul bersabda, “Hai Fathimah,
barang siapa yang melecehkan shalatnya menganggap enteng kepada shalatnya, baik
laki-laki maupun perempuan, Tuhan akan menyiksanya dengan lima belas perkara.
Enam perkara di dunia, tiga pada saat ia mati, tiga lagi pada waktu ia berada
di kuburnya, dan tiga perkara pada Hari Kiamat, ketika ia keluar dari
kuburnya.”
Allah berfirman :
Maka datanglah sesudah
mereka pengganti (yang jelek) yang meremehkan sholat dan menuruti hawa
nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesaatan. Kecuali orang yang
bertaubat, beriman dan beramal sholeh? (QS. Maryam: 59-60)
Para ulama mengomentari
ayat diatas dengan tafsirnya yang terdapat dalam Ibnu Katsir sebagai berikut :
1.) Muhammad bin Kaab Al Quraan Al
Qurdly, dan Ibnu Zaid bim Aslam dan
Sady yang disebut meremehkan sholat adalah Meninggalkan Sholat ( Tidak sholat )
2.) Al Auz, Ibnu Maasud, Ibnu jarir,
Ibnu Juraih meremehkan sholat adalah meremehkan waktu
3.) Al Hasan Al-Bashri, meremehkan
sholat adalah meninggalkan Masjid ( Tafsir Ibnu katsir 3 / 21 )
Kata Ibnu Abbas
Radhiallahu’anhu : Pengertian meninggalkan sholat tidak berarti meninggalkan sholat
itu sama sekali. Tetapi Said bin Musayyib mengatakan : Orang itu tidak sholat
Ashar, Dzuhur kecuali hingga datangnya waktu maghrib, tidak sholat maghrib
hingga datangnya waktu Isya dan tidak sholat Isya hingga datangnya Fajar (
shubuh ).
Allah berfirman : Maka
celakalah orang-orang yang sholat. Yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya?
( Al-Maun : 4-5 )
Kata Saad bin Abi
Waqosh: Aku telah bertanya kepada Rasulullah tentang mereka yang melalaikan
sholatnya, maka beliau menjawab Yaitu Mengakhirkan waktu , yakni mengakhirkan
waktu sholat.
D. Kesimpulan
Ilustarsi
diatas, tentang pemahaman surat al-ma’un mengingatkan kita betapa penting nilai
yang dikandungnya untuk diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari agar kita
tidak terjebak kepada kelompok orang yang mendustakan agama.diantara
nilai-nilai penting yang terkandung ialah :
1. Allah SWt mengingatkan agar kita tidak
terjebak kedalam kelompok orang-orang munafiq yang cenderung menyepelehkan
agama.
2.
Allah SWT menjelaskan cirri-ciri oran
yang mendustakan agama.
3.
Allah SWT mencela orang yang melakukan
sholat yang tidak mau memahami dan menghayati esensi sholatnya, yaitu orang
yang sholat karena riya’
4.
Allah SWT melaknat orang kaya yang
bersikap kikir, tidak mau membantu orang miskin dan tidakmau mengeluarkan
zakat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Drs. H. Hasan Basri SH, Tafsir Pase,
Balai Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase, hal. 130
2.
Muhammad Asad. The Messege of the
Qur’an. Hal .102
3.
Ibn Taymiyyah, Minhaj al-Sunnah, 4
jilid, Riyadl, Maktabat al-Riyadl al-Haditsah, tt.,Jilid 3, hal. 46
Post a Comment
Apakah kamu sudah tau prediksi mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong