KITA
mungkin telah mengetahui bahwa harta dapat melumpuhkan hati laki-laki. Ia akan
melakukan apa pun demi mencapai harta itu, yang menurutnya akan membuat ia
bahagia selama hidup di dunia. Tapi ternyata, bukan hanya harta berbentuk
permata sajalah yang dapat melumpuhkan hati laki-laki. Ada suatu kisah
meceritakan bahwa harta karun yang paling berharga bagi laki-laki ialah seorang
wanita. Mari kita simak uraian cerita penuh hikmah berikut.
Di
Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai
merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat
malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun
musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada
saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan
hidup dan matinya hanya kepada-Nya.
Dia
juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin
bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya.
Suatu
hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang
taat dalam beribadah. Setelah shalat istikharah akhirnya ia menerima pinangan
tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul
dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai
akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya
yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri
berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap
pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut
jika persyaratannya ditolak.
Akhirnya
walau dengan pertentangan pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.
Waktu
terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang
penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu
pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a
bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin
baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah
cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari
rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang
demikian suci, beriman dan shalihah.
Jam
mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa
istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara,
diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka.
Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan
keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Setibanya
disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar
yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah
akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat
dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan.
Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.
Senyumnya
seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk
pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak
percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan,
itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah
sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi
suaminya. Oh, segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka.
Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar,
Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah.
Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban.”
Ia
menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk
rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik
kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya.
Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui
tangannya.
Mereka
mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur
bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir
oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah
berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah
kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir,
Allah Ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi
bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur.
Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya
dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya
dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.
Sang
suami menuturkan, “Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku
betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai
akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata
masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur
di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada
suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat
wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan
jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya.
Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam
pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat
panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan
kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia
amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian
pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya,
dengan seluruh jiwa ragaku.”
Seusai
shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan
suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa
wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada
kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya.
Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang
suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik
yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan
perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati.
Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia
pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa. Ia mendekatinya
dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya
Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya
berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang
menghiasi wajah cantiknya.
Tubuh
lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang
penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang
bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.
Lelaki
itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh.
Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan
shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.
Inilah
buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami,
sang pendamping hidup.
Beberapa
tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk
ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu
kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.
Memang
benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi
seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata
hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata biasa”.
Itulah
kisah yang telah menjadi bahan renungan bagi kita semua, khususnya kaum wanita.
Seorang wanita harus bisa menjaga dirinya dari segala hal yang tidak baik.
Wanitalah yang akan mempengaruhi seorang laki-laki. Bila wanita itu tidak baik
maka laki-lakinya pun akan berperilaku tidak baik pula. Begitu juga sebaliknya,
bila wanita itu baik, maka baik pulalah laki-laki yang mendampingi hidupnya
Post a Comment