MAKALAH
I’JAZUL AL-QUR’AN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Studi Al-Qur’an”
Di Susun oleh :
Hidayatur Rohman
Pembimbing
DR. H.
Nasiri, M.HI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH TARUNA
SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan
Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha
kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan
dalam penyusunan makalah ini Bapak DR. H.
Nasiri, M.HI
2. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut
berpartisipasi dalam penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut
kami hanya dapat berdo'a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih
payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi
butir-butir amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ........................................................................................ I
Kata Pengantar
........................................................................................ II
Daftar Isi
........................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
.................................................... 1
B. Rumusan Masalah
.............................................................. 2
C. Tujuan Masalah ............................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
PEMBUKUAN DAN TERJEMAH
AL-QUR’AN
A. Pengertian I’jazul Qur’an
.................................................. 3
B. Pendapat Ulama’ Mengenai I’jazul qur’an
........................ 4
C. Kadar Kemu’jizatan Al-qur’an ...................................... 5
D. Aspek-Aspek Kemu’jizatan Al-qur’an................................. 8
BAB IIII PENUTUP
Kesimpulan
..........................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehadiran al-Quran yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, merupakan sebuah Maha Karya yang Agung
dari Allah Swt sebagai sebuah landasan dan pedoman arahan hidup manusia.
Dengan kedatangan al-Qur’an
yang original dari Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad merupakan
penyempurna terhadap kitab-kitab sebelumnya. Ini merupakan bukti kemukjizatan
al-Qur’an yang tiada seorang pun yang dapat menirunya dan mendatangkan hal yang
semisalnya.
Dengan ini kemu’jizatan
al-Qur’an merupakan sebuah keistimewaan sekaligus sebuah kekuatan yang dapat
melemahkan manusia untuk bisa mendatangkan yang sejenis dengan al-Qur’an.
Kemu’’jizatan al-Qur’an sebagai mana yang dikemukakan oleh Quraish Shihab
nampak dalam tiga hal pokok.
Kemu’’jizatan al-Qur’an sebagai mana yang dikemukakan oleh Quraish Shihab:
1. Pada redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra Arab.
2. Kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan.
3. Ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.
Kemu’’jizatan al-Qur’an sebagai mana yang dikemukakan oleh Quraish Shihab:
1. Pada redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra Arab.
2. Kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan.
3. Ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.
Dalam makalah ini kami mencoba memberikan secara umum pengertian mengenai I’jazul Qur’an yang dikaji dari beberapa referensi dan literatur al-qur’an. Sehingga kita sedikit terbantu dalam memahami kemujizatan al-Qur’an, baik pengertiannya, pendapat para ulama’, aspek-aspeknya maupun kadar kemu’jizatannya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian i’jazul qur’an ?
2. Bagaimana
pendapat ulama’ mengenai i’jazul qur’an ?
3. Bagaimana
kadar kemu’jizatan al-qur’an ?
4. Apa
aspek-aspek kemu’jizatan al-qur’an ?
C.
Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengertian
i’jazul qur’an
2. Untuk
Mengetahui pendapat ulama’ mengenai i’jazul qur’an
3. Untuk
Mengetahui kadar kemu’jizatan al-qur’an
4. Untuk Menegatahui aspek-aspek
kemu’jizatan al-qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’jazul Qur’an
1)
I’jaz Secara Bahasa : Berasal dari kata (عَجِزَ-
يَعْجِزُ) yang artinya menetapkan kelemahan yang membuat sesuatu atau
pihak lain tak berdaya.. Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan
mengerjakan sesuatu, lawan dari (قدرة)
(potensi, power, kemampuan).
2) I’jaz Secara Istilah : Penampakan kebenaran pengklaiman kerasulan
nabi Muhammad SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untu menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu al-Quran.
Jadi, yang
dimaksud I’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam
pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab
untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka dan mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa
yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar
yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Ini dapat disaksikan oleh
seluruh umat manusia sepanjang masa dan memang beliau diutus oleh Allah untuk
keselamatan seluruh manusia. Allah menjamin keselamatan dan kemurnian al-Quran.
Kemu’jizatan al-Qur’an antara lain terletak pada segi fashahah dan balaghahnya,
susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada tandingannya.[1]
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya
sengaja menantang seluruh manusai dan
jin untuk membuat yang serupa dengan
al-Qur’an. Allah berfirman :
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإِنْسُ وَالجِنُّ عَلَى أَنْ يأْتوابِمِثْلِ هذَاالقُرْآنِ لاَيأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْكَانَ بَعْضَهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا (الإسراء:88)
Artinya: Katakanlah sesungguhnya bila manusia dan jin berkumpul untuk membuat (sesuatu) yang serupa dengan al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia sekalippun sebagian mereka menjadi penolong yang lain (QS. 17:88)[2]
B.
Pendapat Para Ulama’ Mengenai I’jazul Qur’an
Setelah para ulama sepakat bahwa
kemu’jizatan al-Qur’an itu karena dzatnya, serta tidak seorangpun yang sanggup
mendatangkan sesuatu yang sebanding dengannya, maka pandangan ulama
berbeda-beda dalam meninjau segi kemu’jizatannya.
·
Sebagian ulama
berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-Qur’an adalah sesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an itu
sendiri, yaitu susunan yang asing yang berbeda dengan susunan orang arab pada
umumnya.
·
Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi
kemu’jizatan itu terkandung dalm lafadz-lafadznya yang jelas, redaksinya yang
bersastra dan susunannya yang indah, karena al-Qur’an sastranya termasuk yang
tidak ada bandingannya.
·
Ulama lain
berpendapat bahwa kemu’jizatan itu karena al-Qur’an terhinadar dari adanya
pertentangan, serta mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal yang ghaib di
luar kemampuan manusia dan di luar kekuasaan mereka untuk mengetahui nya,
seperti halnya al-Qur’an bersih dan selamat dari pertentangan dan perselisihan
pendapat.
·
Ada lagi yang
berpendapat bahwa kemu’jizatan al-Qur’an adalah karena adanya
keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang
terkandung dalam al-Qur’an, baik permulaan, tujuan, maupun dalam menutup setiap
surat.[3]
·
Jumhur kaum
Muslimin berpendapat bahwa al-Qur’an sendiri merupakan mu’jizat (mu’jizat
bidzatihi). Maksudnya al-Qur’an dengan seluruh yang ada di dalamnya, termasuk
struktur kalimat, balaghah, bayan (penjelasan), perundang-perundangan
(tasyri’), berita-berita ghaib dan persoalan-persoalan lain yang merupakan
mu’jizat, telah menyebabkan seluruh manusia tidak mampu membuat yang serupa
dengannya.[4]
·
Syaikh
az-Zarqani dalam Manahilul Irfan, yang sebagian pernah dituturkan oleh al-Qurtubi,
menjelaskan bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena ia memiliki uslub yang
sangat berbeda dengan uslub yang ada dalam tata bahasa orang Arab. Juga bentuk
undang-undang bikinan manusia.
C. Kadar Kemu’jizatan Al-Qur’an
Al-Qur’an
secara terus menerus menantang semua ahli kesusastraan Arab untuk mencoba
menandinginya, karena memang al-Qur’an berada di atas puncak yang tak mungkin
diungguli dan al-Qur’an memang bukan kalimat manusia
Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa kamu’jizatan itu berkaitan dengan keseluruhan al-Quran, bukan dengan sebagianya, atau dengan setiap suratnya secara lengkap. Sebagaimana ulama berpendapat, kemu’jizatan itu sebagian kecil atau sebagian besar dari al-Qur’an, tanpa harus satu surat penuh juga merupakan mu’jizat, berdasarkan firman Allah Swt: “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal dengan al_Quran” (QS. 52:34).
Ulama yang lain berpendapat bahwa kemu’jizatan itu cukup dengan satu surat lengkap, sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surat, baik satu ayat ataupun beberapa ayat . Pendapat ini berpegang pada ayat-ayat yang berhubungan dengan seberapa benyak kadar al-Qur’an, untuk bisa disebut sebagai mu’jizat dan ini ada kaitannya dengan tantangan yang dilontarkan kepada ahli sastra pada saat itu. Al-Quran telah mengajukan tantangan agar didatangkan sesuatu yang sama persis dengan al-Qur’an dengan keseluruhannya.[5]
Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa kamu’jizatan itu berkaitan dengan keseluruhan al-Quran, bukan dengan sebagianya, atau dengan setiap suratnya secara lengkap. Sebagaimana ulama berpendapat, kemu’jizatan itu sebagian kecil atau sebagian besar dari al-Qur’an, tanpa harus satu surat penuh juga merupakan mu’jizat, berdasarkan firman Allah Swt: “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal dengan al_Quran” (QS. 52:34).
Ulama yang lain berpendapat bahwa kemu’jizatan itu cukup dengan satu surat lengkap, sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surat, baik satu ayat ataupun beberapa ayat . Pendapat ini berpegang pada ayat-ayat yang berhubungan dengan seberapa benyak kadar al-Qur’an, untuk bisa disebut sebagai mu’jizat dan ini ada kaitannya dengan tantangan yang dilontarkan kepada ahli sastra pada saat itu. Al-Quran telah mengajukan tantangan agar didatangkan sesuatu yang sama persis dengan al-Qur’an dengan keseluruhannya.[5]
Namun
demikian kita tidak berpendapat bahwa kemu’jizatan itu hanya terletak pada
kadar-kadar tertentu saja. Kita dapat menemukan dan merasakan pada bunyi-bunyi
hurufnya dan alunan kata-katanya, sebagaimana kita dapatkan pada ayat-ayat dan
surat-suratnya, bahwa al-Qur’an adalah kalamullah. Adapun mengenai segi atau
kadar manakah yang mu’jizat itu, maka jika seorang peneliti yang objektif mencari
kebenaran al-Qur’an dari aspek manapun yang ia sukai, ia akan temukan
kemu’jizatan itu meliputi tiga macam aspek, yaitu aspek bahasa, aspek
ilmiah, dan aspek tasyri’ (penetapan hukum). Setiap manusia yang memusatkan
perhatiannya pada al-Qur’an akan menemukan rahasia-rahasia kemu’jizatan dari
aspek bahasanya. Ia akan dapatkan kemu’jizatan itu dalam keteraturan bahasanya,
bunyinya yang indah melalui nada-nada hurufnya. Hal ini sesuai dengan yang
digambarkan Allah:
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ القُرآنَ
وَلَوْكَانَ مِنْ عِنْدِغَيْرِاللهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلاَفاًكَثِيْراً
(النساء: 82)
Artinya : Dan sekiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka akan mendapatkan pertentengan yang banyak di dalamnya.
(QS. 4:82)[6]
Ayat tersebut mengandung isyarat
bahwa perkataan manusia, bila terlalu banyak maka akan banyak terjadi kesalahan
dan kontradiksi di dalamnya. Sedangkan al-Qur’an, tidak demikian. Semakin
banyak dibaca akan semakin tampak keselarasan, keindahan dan pesonanya. Itulah
bedanya al-Qur’an dengan perkataan manusia.[7]
Kemu’jizatan ilmiah al-Qur’an
bukanlah terletak pada cakupannya pada teori-teori ilmiah yang selalu baru dan
berubah sebagai hasil usaha manusia melalui pengamatan dan penelitian, tetapi
terletak pada semangatnya memberikan dorongan pada manusia untuk berpikir
menggunakan otaknya. Semua persoalan atau kaidah ilmu pengetahuan yang telah
mantap dan meyakinkan, merupakan manifestasi dari kegiatan berpikir yang
dianjurkan al-Qur’an. Al-Qur’an telah membangkitkan pada diri setiap muslim
kesadaran ilmiah untuk memikirkan, memahami dan menggunakan akal sesuai dengan
firman Allah;
كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَومٍ
يَعْقِلُونَ (الروم:28)
Artinya :
“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”
(QS. 30:28)[8]
Al-Qur’an menganjurkan manusia
memiliki semua sifat utama seperti sabar, jujur dan berbuat baik, santun,
pemaaf dan tawadlu’. Karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, maka
al-Qur’an memulai dengan pendidikan untuk meluruskan gharizah-gharizahnya,
membimbing ke arah kebaikan. Di sinilah kemu’jizatan al-Qur’an tampil sebagai
obat.[9]
Quraish
Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat al-Qur’an itu tampak
dalam tiga hak pokok:
1.
susunan redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari
sastra bahasa Arab.
2.
Kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang
diisyaratkannya.
3.
Ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah
terbukti kebenarannya. Al-Qur’an itu mu’jizat dengan segala makna yang dibawa
dan yang dikandung oleh lafazh-lafazhnya. suatu kata yang berada di tempatnya
juga merupakan bagian mu’jizat dalam ikatan kalimat, dan satu kalimat yang ada
di tempatnya merupakan mu’jizat dalam jalinan surat.
Al-Qur’an menawarkan ajaran-ajaran operatif
mengenai alam ghaib, kebenaran-kebenaran spiritual dan masalah-masalah lain
umat manusia pada umumnya. Karena alasan-alasan ini tak seorang pun akan
berhasil menciptakan sesuatu yang serupa dengan al-Qur’an.[10]
Fungsi al-Qur’an adalah untuk
memberikan jawaban bagi berbagai persoalan dan memberi jalan keluar bagi setiap
permasalahan yang terjadi dan dihadapi oleh umat manusia.
D. Aspek-Aspek Kemu’jizatan Al-qur’an
Pada umumnya ulama, pengarang dan
buku-buku yang berkaitan dengan I’jaz al Qur’an mengemukakan banyak sekali
kemukjizatan yang dikandung oleh al Qur’an. Al Qurthuby (w. 256 H/ 1258 M)
mengemukakan sepuluh aspek kemukjizatan al Qur’an,[11]
yaitu:
·
Aspek bahasanya yang melampaui seluruh cabang bahasa
Arab.
·
Gaya bahasanya yang melampaui keindahan gaya bahasa
Arab pada umumnya.
·
Keutuhannya yang tidak tertandingi
·
Aspek peraturannya yang tidak terlampaui.
·
Penjelasannya tentang hal-hal yang ghaib hanya dapat
ditelusuri lewat wahyu semata.
·
Tidak ada hal yang bertentangan dengan ilmu
pengetahuan (science).
·
Memenuhi seluruh janjinya, baik tentang limpahan
rahmat atau ancaman.
·
Pengetahuan yang dikandungnya.
·
Memenuhi keperluan dasar manusia.
·
Pengaruh terhadap qalbu manusia.
ü Sementara al
Baqilani (w. 403 H/ 1013 M) dalam kitabnya I’jazat al Qur’an mengemukakan tiga
aspek yaitu tentang :
1)
Nabi MUHAMMAD SAW sebagai pengemban wahyu,
2) berita tentang hal yang ghaib, dan
3) tidak adanya kontradiksi dalam al Qur’an. Rusydi AM mengemukakan bahwa
kemukjizatan al Qur’an terletak pada segi fashahah dan balaghah-nya, susunan
dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada bandingannya.[12]
ü Sebagian
ulama lainnya berpendapat kemukjizatan al qur’an terletak pada sebagian kecil
atau sebagian besar al Qur’an, tanpa terkait surat. Pendapat ini didasari firman
Allah surat at Thur ayat 34 “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang
semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.”
ü Menurut
Manna al Qaththan memutuskan kadar kemukjizatan al Qur’an itu mencakup tiga
Aspek yaitu,
1. aspek bahasa,
2. aspek ilmiah dan
3. aspek
tasyri’ (penetapan hukum).
Dalam sejarah kemunculan dan
berkembangnya pembinaan tentang Kemukjizatan Alquran , terlihat bahwa para ahli
berbeda pendapat dalam melihat aspek-aspek kemukjizatan Alquran yang dipandang
penting. Namun dari berbagai perbedaan itu , secara global tidak terlepas dari
empat aspek yang meliputi: (1) as-Sharfah, (2) Keindahan bahasa, dan (3)
Kandungan isinya.[13]
Untuk lebih
jelasnya, ketiga aspek ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Aspek Ash-Sharfah
Dari kalangan mutakallimin, Abu
Ishak Ibrahim An-Nazzam 1,
berpendapat, bahwa kemukjizatan Alquran terjadi dengan cara Ash-Sharfah
(pemalingan). Arti Ash-Sharfah menurut An-Nazzam ialah, bahwa Allah memalingkan
perhatian orang-orang Arab dari menandingi Al;-Quran. Padahal, mereka
sebenarnya mampu untuk menandinginya. Di sinilah letak kemukjizatan Al-Qur’an
menurut An-Nazzam.
Tokoh lain dari pendukung konsep
Ash-Sharfah ialah Al-Murtadha (dari aliran Syi'ah). Hanya saja Al-Murtadha berpendapat , bahwa Allah telah mencabut dari
mereka ilmu-ilmu yang diperlukan untuk menghadapi qur’an agar mereka tidak
mampu membuat yang seperti qur’an.
2.
Keindahan Bahasa (Fashahah dan
Balaghah)
Aspek kedua dari kemukjizatan
Alquran yang menjadi pokok bahasan para ulama Kalam ialah dari segi keindahan
bahasanya. Dalam hal ini, Bahasa Arab yang digunakan Alquran dipandang sebagai
bahasa yang istimewa, baik dari segi gaya bahasanya, susunan kata-katanya,
maupun ketelitian redaksi yang digunakannya.. Keindahannya, jauh melebihi
keindahan bahasa yang disusun oleh para sastrawan Arab.
3.
Kandungan Isinya
Pembahasan mengenai aspek
kemukjizatan Alquran dari segi kandungan isinya, Di antara isi dan kandungan
Alquran yang menunjukkan kemukjizatannya
Secara garis besar dapat diklassifikasikan
kepada tiga jenis sebagai berikut:
a) Berita
tentang Hal-hal yang Ghaib
Beritan-berita
ghaib yang terdapat dalam Alquran dapat dikelompokkan kepada:
·
Berita-berita ghaib yang terjadi sebelumnya; yaitu
berita-berita tentang orang-orang terdahulu.
·
Berita-berita ghaib yang sedang terjadi di tempat
lain. Seperti mengenai maksud jahat orang-orang munafik dengan membangun masjid
Dhirar (Q. S. 9: 107); atau berita ghaib yang terjadi di tempat yang sama.
Seperti sikap orang-oraorang munafik yang bermanis muka di hadapan Nabi,
padahal hatinya buruk dan sangat memusuhi Nabi (Q. S. 2: 204 - 206).
·
Berita-berita ghaib yang akan terjadi (sesudah
turunnya wahyu). Seperti kemenangan yang akan diperoleh tentara Romawi dalam
menghadapi bangsa Persia (Q. S. 30: 1 - 6); Nabi dan para sahabatnya akan
memasuki kota Mekkah dalam keadaan aman (Q. S. 48: 27); Allah akan mengabadikan
jenazah Fir'aun sebagai bukti historis (Q. S. 10: 92); Kemurnian Alquran tetap
akan terpelihara (Q.S. 15: 9); dan berbagai masalah ghaib lainnya yang
ditunjukkan oleh Alquran, baik secara eksplisit maupun implisit.
b)
Isyarat-isyarat Ilmiah
Isi dan kandungan Alquran
banyak menginformasi-kan masalah-masalah ilmiah yang hanya mungkin diketahui
oleh ilmuwan abad modern ini. Ayat-ayat yang mengandung isyarat ilmiah semacam
ini, semakin lama semakin banyak ditemukan dalam Alquran, sejalan dengan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Di antara ayat-ayat tersebut yang sudah
dibuktikan kebenarannya melalui penemuan di bidang ilmu pengetahuan Alam antara
lain:
a.
Hukum Toricelly yang ditemukan pada abad XVII M,
menyatakan bahwa semakin tinggi suatu tempat, maka semakin rendah tekanan udara
yang ada di tempat itu. Hukum ini diisyaratkan Alquran dalam Surat
Al-An'am/6:125
b.
Siang dan malam tidak selalu sama lama (tempo)nya.
Kadangkala malam lebih panjang daripada siang, dan kadangkala juga terjadi
sebaliknya. Hal ini mengundang tanda tanya untuk dipikirkan jawabannya, seperti
tersirat pada Surat Yunus/10: 6.
c.
Dari hasil
pemantauan satelit diperoleh bukti, bahwa Jazirah Arab beserta gung-gunungnya
bergerak mendekati Iran dengan pergerakan yang sangat lamban, hanya beberapa
sentimeter setiap tahunnya. Isyarat ini terlihat dari Alquran, surat
An-Naml/28: 88.
c)
Kesempurnaan Syari'atnya
Kandungan Alquran yang menjadi
tujuan utama diturunkannya, yakni berupa syari'at Islam menunjukkan bentuk yang
paling sempurna jika dibandingkan dengan bentuk perundang-undangan manapun yang
pernah ada di dunia ini.
syari'at Islam juga diakui sebagai
syari'at yang sesuai dengan kebutuhan manusia, karena ia berasal dari pencipta
manusia itu sendiri, yang tujuan utamanya untuk membebaskan manusia dari alam
gelap gulita enuju dunia pencerahan yang terang-benderang (Q. S. Al-Baqarah/2:
257).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. I’jazul
Qur’an ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul,
dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang
abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka dan
mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari
perlawanan.
2. Pendapat
Para Ulama’ Mengenai I’jazul Qur’an
·
Jumhur kaum
Muslimin berpendapat bahwa al-Qur’an sendiri merupakan mu’jizat (mu’jizat
bidzatihi). Maksudnya al-Qur’an dengan seluruh yang ada di dalamnya, termasuk
struktur kalimat, balaghah, bayan (penjelasan), perundang-perundangan
(tasyri’), berita-berita ghaib dan persoalan-persoalan lain yang merupakan
mu’jizat, telah menyebabkan seluruh manusia tidak mampu membuat yang serupa
dengannya.[14]
·
Syaikh
az-Zarqani dalam Manahilul Irfan, yang sebagian pernah dituturkan oleh
al-Qurtubi, menjelaskan bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena ia memiliki
uslub yang sangat berbeda dengan uslub yang ada dalam tata bahasa orang Arab.
Juga bentuk undang-undang bikinan manusia
3. Kadar Kemu’jizatan Al-Qur’an
Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mu’jizat itu, maka jika
seorang peneliti yang objektif mencari kebenaran al-Qur’an dari aspek manapun
yang ia sukai, ia akan temukan kemu’jizatan itu meliputi tiga macam aspek,
yaitu aspek bahasa, aspek ilmiah, dan aspek tasyri’ (penetapan hukum).
Setiap manusia yang memusatkan perhatiannya pada al-Qur’an akan menemukan
rahasia-rahasia kemu’jizatan dari aspek bahasanya.
4. Aspek-Aspek Kemu’jizatan Al-qur’an
·
Aspek bahasanya yang melampaui
seluruh cabang bahasa Arab.
·
Gaya bahasanya yang melampaui keindahan gaya bahasa
Arab pada umumnya.
·
Keutuhannya yang tidak tertandingi
·
Aspek peraturannya yang tidak terlampaui.
·
Penjelasannya tentang hal-hal yang ghaib hanya dapat
ditelusuri lewat wahyu semata.
·
Tidak ada hal yang bertentangan dengan ilmu
pengetahuan (science).
·
Memenuhi seluruh janjinya, baik tentang limpahan
rahmat atau ancaman.
·
Pengetahuan yang dikandungnya.
·
Memenuhi keperluan dasar manusia.
·
Pengaruh terhadap qalbu manusia.
Dalam sejarah
kemunculan dan berkembangnya pembinaan tentang Kemukjizatan Alquran , terlihat
bahwa para ahli berbeda pendapat dalam melihat aspek-aspek kemukjizatan Alquran
yang dipandang penting. empat aspek yang meliputi: (1) as-Sharfah, (2)
Keindahan bahasa, (3) Ketelitian Redaksi, dan (4) Kandungan isinya.
DAFTAR
PUSTAKA
An Najd, Abu Zahra, AlQur’an dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi
(Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991), hlm. 17
Al Qathtan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terjemah
Mudzakir AS (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 380
Shihab, M. Quraish dkk., Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2001
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al Qur’an (Bandung; Mizan, 1994),
hlm.122
Mas zaki ,ulumul quran dalam http://makalah-qitha.blogspot.com/2011/10/ijazul-quran.html
pada tanggal 13 okt 2014 pukul 11.23
Ayufahdilla,aspekkemukljizatanalquran dalam http://kemukjizatanquran.blogspot.com/2013/04/aspek-kemukjizatan-quran.html
pada tanggal 11okt 2014 ppukul 11.32 wib
Muhammad yahya ulumul quran Diakses dalam http://yahya29.heck.in/makalah-ulumul-quran-ijaz-al-quran.xhtml pada tanggal 13 Oktober 2104,pukul 11.45wib
[1]
Manna Khalil, Al Qathtan, Studi
Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terjemah Mudzakir AS (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar
Nusa, 1994), hlm. 380.
[2] Depag RI , Al-qur’an
dan terjemahnya (al-kamil),(jakarta,CV Darus sunnah 2002),hal:292
[3]
M. Quraish dkk., Shihab, Sejarah
dan Ulumul Qur’an(Jakarta:Pustaka Firdaus, 2001)
[4]
M. Quraish, Shihab, Membumikan Al
Qur’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm. 62
[5]Muhammad yahya
ulumul quran Diakses dalam http://yahya29.heck.in/makalah-ulumul-quran-ijaz-al-quran.xhtml pada tanggal 13 Oktober
2104,pukul 11.45wib
[6]Depag RI
, Al-qur’an dan terjemahnya (al-kamil),jakarta,CV Darus sunnah 2002,hal:92
[7]
M. Quraish, Shihab, Membumikan Al
Qur’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm.122
[8]Depag RI
, Al-qur’an dan terjemahnya (al-kamil),jakarta,CV Darus sunnah 2002,hal:408
[9]
Muhammad yahya
ulumul quran Diakses dalam http://yahya29.heck.in/makalah-ulumul-quran-ijaz-al-quran.xhtml pada tanggal 13 Oktober
2104,pukul 11.45wib
[10]
Mas zaki, ulumulquran, http://makalahzaki.blogspot.com/2011/07/ijazul-quran.html.
Pada tanggal 28 november, pukul 10.48 wib
[11]
M. Quraish dkk. Shihab, Sejarah
dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001
[12]Muhammad yahya
ulumul quran Diakses dalam http://yahya29.heck.in/makalah-ulumul-quran-ijaz-al-quran.xhtml pada tanggal 13 Oktober
2104,pukul 11.45wib
Post a Comment